Jumat, 11 Maret 2011

Resensi Ayat-Ayat Cinta


1. Identitas Buku
Judul Buku             : Ayat-Ayat Cinta
Jenis Buku              : Fiksi
Pengarang               : Habiburrahman El-Shirazy
Penerbit                   : Republika
Tahun Terbit          : 2004
Jumlah Halaman   : 411


2. Sinopsis
Fahri bin Abdillah adalah pelajar Indonesia yang berusaha menggapai gelar masternya di Al Ahzar. Berteman dengan panas dan debu. Belajar di Mesir, membuat Fahri dapat mengenal Maria, Nurul, Noura, dan Aisha.
Maria Grigis adalah tetangga satu flat Fahri, yang beragama Kristen Koptik tetapi sangat mengagumi Al Quran , dan juga Fahri , yang dapat merubahnya menjadi cinta. Tapi sayangnya, cinta Maria hanya dapat di curahkan dalam diary saja.
Sedangkan Nurul adalah anak seorang kyai terkenal, yang juga mencari ilmu di Al Azhar. Sebenarnya Fahri menyukai gadis manis ini. Tetapi rasa mindernya yang hanya anak keturunan petani membuat dia tidak pernah menunjukkan rasa apa pun pada Nurul. Sedangkan Nurul menjadi ragu dan selalu menebak-nebak.
Sementara Noura adalah tetangga Fahri, yang selalu disika Ayahnya sendiri. Fahri sangat berempati dengan Noura dan ingin menolongnya. Hanya empati saja. Tidak lebih!
Dan yang terakhir adalah Aisha. Wanita bermata indah yang menyihir Fahri. Berawal dari sebuah kejadian di metro. Pada saat itu Fahri sedang dalam perjalanan menuju Masjid Abu Bakar Ash-Shiddiq yang terletak di Shubra El-Kaima, ujung utara kota Cairo, untuk talaqqi (belajar secara face to face pada seorang syaikh) pada Syaikh Utsman, seorang syaikh yang cukup tersohor di Mesir.
Dengan menaiki metro, Fahri berharap akan tiba tepat waktu di Masjid Abu Bakar As-Shiddiq. Di metro itulah ia bertemu dengan Aisha. Aisha yang pada waktu itu dicacimaki dan diumpat oleh orang-orang Mesir karena memberikan tempat duduknya pada seorang nenek berkewarganegaraan Amerika, ditolong oleh Fahri. Pertolongan tulus Fahri itu membuat Aisha terkesan. Mereka pun berkenalan. Dan ternyata Aisha adalah gadis Jerman yang juga tengah menuntut ilmu di mesir.
Di Mesir Fahri tinggal bersama dengan keempat orang temannya yang juga berasal drai Indonesia Siful, Rudi, Hamdi, dan Misbah. Mereka tinggal di apartemen sederhana yang mempunyai dua lantai, dimana lantai dasar menjadi temapt tinggal Fahri dan empat temannya, sedangkan yang lantai dua ditemapati oleh keluarga Kristen Koptik yang sekaligus menjadi tetangga mereka. Keluarga ini terdiri dari Tuan Boutros, Madame Nahed dan dua oranga nak mereka, taitu Maria dan Yousef.
Walau berbeda, tapi antara keluarga Fahri dan Tuan Boutros terjalin hubungan baik. Terlebih Fahri dan Maria berteman begitu akarab. Fahri menyebut Maria sebagai gadis koptik yang aneh, karena Maria mampu menghafal surat Al-Maidah dan surat Maryam.
Selain itu Fahri juga mempunyai tetangga lain berkulit hitam yang perrangainya berbanding seratusdelapan puluh derajat dengan keluarga Boutros. Kepala keluarga ini bernama Bahadur. Istrinya bernama madame Syaima dan anak-anaknya bernama Mona, Suzanna, dan Noura.
Bahadur, madame Syaima, Mona, dan Suzanna sering menyiksa noura karena rupa serta warna rambut Noura yang berbeda dengan mereka. Noura berkulit putih dan berambut pirang.
Suatu malam Noura diseret ke jalan sembari dicambuk. Tangisannya memilukan. Fahri tidak tega melihat Noura diperlakukan seperti itu oleh Bahadur. Ia meminta pertolongan Maria untuk menolong Noura. Karena Noura bukan muhrimnya,jadi Fahri tidak bisa menolongnya secara langsung. Maria pun bersedia menolongnya dan segera membawa Noura ke flatnya.
Dan ternyata. Noura bukan anak mereka. Noura yang malang itu akhirnya bisa berkumpul bersama orang-orang yang menyayanginya. Ia sangat berterima kasih pada Fahri dan Maria.
Sementara itu, Aisha tidak dapat melupakan Fahri. Aisha rupanya jatuh hati pada Fahri. Ia meminta pamannya Eqbal untuk menjodohkannya dengan Fahri. Kebetulan, paman Eqbal mengenal Fahri dan Syaik Utsman. Melalui bantuan Syaik Utsman, Fahri pun bersedia untuk menikah dengan Aisha.
Mendengar kabar pernikahan Fahri, Nurul menjadi sangat kecewa. Paman dan bibinya sempat datang ke rumah Fahri untuk memberitahu bahwa keponakannya sangat mencitai Fahri. Namun terlambat! Fahri akan segera menikah dengan Aisha.
Dan pernikahan Fahri dengan Aisha pun berlangsung. Fahri dan Aisha memutuskan untuk berbulanmadu di sebuah apartemen cantik selama beberapa waktu.
Sepulang dari ‘bulanmadu’nya, Fahri mendapat kejutan dari Maria dan Yousef. Mereka datang ke rumah Fahri untuk memberikan sebuah kado pernikahan. Tetapi Maria tampak lebih kurus dan murung. Memang, saat Fahri dan Aisha menikah, keluarga Boutros sedang pergi berlibur. Alhasil, begitu mendengar Fahri telah menjadi milik wanita lain dan tidak lagi tinggal di flat, Maria sangat terpukul.
Kebahagian Fahri dan Aisha tak bertahan lama karena Fahri harus menjalani hukuman di penjara atas tuduhan pemerkosaan terhadap Noura. Noura teramat terluka saat Fahri memutuskan untuk menikah dengan Aisha.
Di persidangan, Noura yang tengah hamil itu memberikan kesaksian bahwa janin yang dikandungnya adalah anak Fahri. Pengacara Fahri tidak dapat berbuat apa-apa karena ia belum memiliki bukti yang kuat untuk membebaskannya dari segala tuduhan. Fahri pun harus mendekam di bui.
Satu-satunya saksi kunci yang dapat meloloskan Fahri dari fitnah kejam Noura adalah Maria. Marialah yang bersama Noura malam pada malam yang Noura sebut sebagai malam Fahri memperkosanya.
Tapi Maria sedang terkulai lemah tak berdaya. Luka hati karena cinta yang bertepuk sebelah tangan membuatnya jatuh sakit. Tidak ada jalan lain. Atas desakan Aisha, Fahri pun menikahi Maria. Aisha berharap, dengan mendengar suara dan merasakan sentuhan tangan Fahri, Maria akan tersadar dari koma. Dan harapan Aisha menjadi kenyataan. Maria dapat membuka matanya dan kemudian bersedia untuk memberikan kesaksian di persidangan. Alhasil, Fahri pun terbebas dari tuduhan Noura. Dengan kata lain, Fahri dapat meninggalkan penjara yang mengerikan itu.
Noura menyesal atas perbuatan yang dilakukannya. Dengan jiwa besar, Fahri memaafkan Noura. Dan, terungkaplah bahwa ayah dari bayi dalam kandungan Noura dalah Bahadur.
Fahri, Aisha, dan Maria mampu menjalani rumah tangga mereka dengan baik. Aisha menganggap Maria sebagai adiknya, demikian pula Maria yang menghormati Aisha selayaknya seorang kakak. Tidak ada yang menduga jika maut akhirnya merenggut Maria. Namun Maria beruntung karena sebelum ajal menjemputnya, ia telah menjadi seorang mu’alaf.


3. Kesimpulan
Novel ini baik untuk dibaca siap saja, karena banyak kemanfaatan untuk para pembaca dan kaum muslim . Yaitu :
1. Memberikan contoh pernikahan yang baik menurut ajaran Islam.
2. Memberi tahu bahwa Islam tidak pernah megajarkan kita untuk paaran,tetap ta’aruf.
3. Sebagai media dakwah untuk masyarakat islam agar dapat menget
ahui ajaran islam lebih dalam. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar